Auditor Lunch Time Story Ep. 1 - Bandar Narkoba, Magician, or Auditor?
Alkisah di sebuah klien yang nun jauh di sana,
Di ruang yang kecil,
Dengan akses terbatas,
Sebuah tim auditor merasakan sesuatu,
Rasa seperti sebuah BANDAR NARKOBA!
***
Kenapa begitu?
Well, this is a funny story,
I just want to share it, just in case u all guys face the same situation.
Di klien ini, sebut saja nama nya "Klien X",
Mereka ini melarang pegawainya untuk berinteraksi dengan auditor.
Seakan-akan auditor itu vampir yang dapat menghisap darah dan harus dijauhi.
Well , Indeed, we're your blood sucker . To suck your misstatement financial report till death. Muahahaha! (gaya count dracula).
Entah apa yang ditanamkan oleh para petinggi kantor ini, membuat saya terheran-heran.
Oke lah kalau tercantum di SOP dan tata tertib perusahaan untuk TIDAK BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR.
Kalau begitu, kenapa mereka menyewa kita?
Kenapa tidak sekalian menyewa magician?
Lu pikir kita bisa sim salabim langsung jadi audit report tanpa lihat bukti audit?
DI SPAP,
PSA no. 07 tentang Bukti Audit (SA Seksi 326), di situ terpampang jelas ya alasan kenapa kita butuh memeriksa kalian.
Baik secara konfirmasi, observasi, review, apapun deh.
Karena kita bekerja berdasarkan SPAP dan PSAK, coba deh, buat klien yang ngaco, pikir dulu sebelum memutuskan membutuhkan jasa kita.
Apa kalian benar-benar butuh jasa auditor, apa jasa tukang sulap?
Lucunya lagi, sudah dibuat bekerja menjadi tukang sulap,
Diperlakukan layaknya bandar narkoba.
Double punch!
Sampe-sampe, ketika ada satpam yang berinteraksi dengan kita, karena kita butuh ijin untuk nge print, tu satpam ampe di SP!
Kita sih bodo amat.
Lagipula, kalo emang ga bisa provide (or ga mampu provide) facility untuk auditor, just say to us, kita bisa kok provide sendiri.
Printer doang. Internet? kita punya modem. Jangan kaya orang susah deh.
Kasian satpam di SP cuma gara-gara printer.
Bahkan, karyawan bagian akuntansinya pun, tidak boleh berinteraksi dengan auditor.
Bahkan untuk nge print, sampai-sampai mesti telepon diam-diam dan bertemu dengan auditor untuk memberikan hasil print out di tempat yang tidak ada CCTV nya.
WHAT THE F?
Untuk Inquiry?
Untuk nge print aja ga boleh, gimana untuk inquiry.
Ahahaha.
I will really do understand if all those shit describe transparently on your God Damned Fuckin SOP!
Bahkan SOP aja lu ga bisa nunjukin.
Dan tata tertib perusahaan, sejauh mata memandang, gue ga lihat sih.
Jadi, sekarang, auditor itu, kalau tidak ditegaskan dan diajari ke klien yang ngaco itu, bisa jadi salah tafsir.
Antara jadi bandar narkoba, atau ga jadi tukang sulap.
Sekarang gimana cara kita untuk meng-educate klien, agar mereka lebih pintar dan sedikit mengerti.
Kalo auditor muda, memang agak susah meng-educate klien, karena mereka merasa tua dan hebat.
Bagaimana kalo kalian bawa SPAP dan PSAK, 2 kitab sakti auditor, lempar ke mereka, kenain jidat, sampe bocor kalo perlu, dan bilang.
"Bapak/Ibu, buka halaman sekian, baca yang kenceng, pahamin tu bacaan ngomong apa. Terus kalo udah paham, baca liat perusahaan bapak, udah kaya gitu belum?"
Peraturan itu memang terkadang banyak orang bilang "dibuat untuk dilanggar",
Well, itulah fungsinya kita sebagai auditor, menjadi polisi bagi para perusahaan dalam menyusun transparansi laporan keuangan dan menilai efektifitas kinerja mereka.
Dan memperingati bagi mereka yang melanggar melalui management letter dan memvonis akibat dari kelakuan mereka yang berdampak terhadap laporan keuangan melalui opini audit.
Di ruang yang kecil,
Dengan akses terbatas,
Sebuah tim auditor merasakan sesuatu,
Rasa seperti sebuah BANDAR NARKOBA!
***
Kenapa begitu?
Well, this is a funny story,
I just want to share it, just in case u all guys face the same situation.
Di klien ini, sebut saja nama nya "Klien X",
Mereka ini melarang pegawainya untuk berinteraksi dengan auditor.
Seakan-akan auditor itu vampir yang dapat menghisap darah dan harus dijauhi.
Well , Indeed, we're your blood sucker . To suck your misstatement financial report till death. Muahahaha! (gaya count dracula).
Entah apa yang ditanamkan oleh para petinggi kantor ini, membuat saya terheran-heran.
Oke lah kalau tercantum di SOP dan tata tertib perusahaan untuk TIDAK BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR.
Kalau begitu, kenapa mereka menyewa kita?
Kenapa tidak sekalian menyewa magician?
Lu pikir kita bisa sim salabim langsung jadi audit report tanpa lihat bukti audit?
DI SPAP,
PSA no. 07 tentang Bukti Audit (SA Seksi 326), di situ terpampang jelas ya alasan kenapa kita butuh memeriksa kalian.
Baik secara konfirmasi, observasi, review, apapun deh.
Karena kita bekerja berdasarkan SPAP dan PSAK, coba deh, buat klien yang ngaco, pikir dulu sebelum memutuskan membutuhkan jasa kita.
Apa kalian benar-benar butuh jasa auditor, apa jasa tukang sulap?
Lucunya lagi, sudah dibuat bekerja menjadi tukang sulap,
Diperlakukan layaknya bandar narkoba.
Double punch!
Sampe-sampe, ketika ada satpam yang berinteraksi dengan kita, karena kita butuh ijin untuk nge print, tu satpam ampe di SP!
Kita sih bodo amat.
Lagipula, kalo emang ga bisa provide (or ga mampu provide) facility untuk auditor, just say to us, kita bisa kok provide sendiri.
Printer doang. Internet? kita punya modem. Jangan kaya orang susah deh.
Kasian satpam di SP cuma gara-gara printer.
Bahkan, karyawan bagian akuntansinya pun, tidak boleh berinteraksi dengan auditor.
Bahkan untuk nge print, sampai-sampai mesti telepon diam-diam dan bertemu dengan auditor untuk memberikan hasil print out di tempat yang tidak ada CCTV nya.
WHAT THE F?
Untuk Inquiry?
Untuk nge print aja ga boleh, gimana untuk inquiry.
Ahahaha.
I will really do understand if all those shit describe transparently on your God Damned Fuckin SOP!
Bahkan SOP aja lu ga bisa nunjukin.
Dan tata tertib perusahaan, sejauh mata memandang, gue ga lihat sih.
Jadi, sekarang, auditor itu, kalau tidak ditegaskan dan diajari ke klien yang ngaco itu, bisa jadi salah tafsir.
Antara jadi bandar narkoba, atau ga jadi tukang sulap.
Sekarang gimana cara kita untuk meng-educate klien, agar mereka lebih pintar dan sedikit mengerti.
Kalo auditor muda, memang agak susah meng-educate klien, karena mereka merasa tua dan hebat.
Bagaimana kalo kalian bawa SPAP dan PSAK, 2 kitab sakti auditor, lempar ke mereka, kenain jidat, sampe bocor kalo perlu, dan bilang.
"Bapak/Ibu, buka halaman sekian, baca yang kenceng, pahamin tu bacaan ngomong apa. Terus kalo udah paham, baca liat perusahaan bapak, udah kaya gitu belum?"
Peraturan itu memang terkadang banyak orang bilang "dibuat untuk dilanggar",
Well, itulah fungsinya kita sebagai auditor, menjadi polisi bagi para perusahaan dalam menyusun transparansi laporan keuangan dan menilai efektifitas kinerja mereka.
Dan memperingati bagi mereka yang melanggar melalui management letter dan memvonis akibat dari kelakuan mereka yang berdampak terhadap laporan keuangan melalui opini audit.
Auditor Lunch Time Story Ep. 1 - FINISH
Comments
Post a Comment