Auditor

Menjadi auditor itu, ada senangnya, ada susahnya.
Sometimes it's so tiring becoming auditor.
Terkadang gw rasanya mau resign dan jadi ibu rumah tangga aja.
Tapi gimana, ya ini mata pencaharian gw.
Pernah berusaha mencari company, tapi emang belum jodoh aja.
Mungkin disini rejeki gw.

Pengen rasanya jadi full time mother (later),
Or merasakan kerja di perusahaan yang 8-5 sharp.
Kerja yang dimana lu kerja keras kek, nggak kek, punya sertifikasi kek, nggak kek, gaji lu sama aja.
Ngerasain bonus sampe berpuluh kali lipat gaji.
Ga ada lembur sampe pagi.
Ga ada tidur cuma 2 jam doang sehari.
That would be fun and awesome.

Life that I live now,
Sometimes membuat hari gw beda dengan orang pada umumnya.
Terkadang gw pulang pagi, bahkan sampe ga pulang,
Ketika gw pulang pagi, gw berangkat siang, dan pulang pagi lagi.
I know there's something wrong with my biological time.
What can you expect?
24 hours is not enough.
Bayangin aja, lu cuma punya waktu 3-4 bulan untuk memeriksa perusahaan yang punya transaksi sampe ribuan, bahkan jutaan, untuk periode 12 bulan.
And I'm not talking about 1 client, many.

What can you expect?
Sleeping like a sleeping beauty.
Working like you who have the same routine, same people to work with, same team?
No you can't.
Sebagai auditor, lu harus cepat adaptasi, menghadapi berbagai jenis lingkungan baru, orang baru, tim baru, yang semuanya beda sama ideologi lu.
So, gimana caranya agar 24 jam sehari itu cukup, waktu 3-4 bulan itu cukup, untuk memperoleh keyakinan memadai untuk hasil audit lu.

Start from November - April, is auditor dragging time.
Peak season.
It's tiring, exhausted, sick, must meet deadline, eyes and ears everywhere to capture every issues we must got, focus, keep up the performance, no matter how tired we are.
That's what we felt for peak season.

But after that,
Leha-leha, seleha-leha nya leha.
Lu mau jungkir balik, jalan-jalan, kemana kek suka-suka lu, bebas.
Klien mah ada, tapi ga se dragging pas peak season.

Kenapa ga dibagi rata schedulenya?
Well, ngana pikir, ada klien yang mau gitu tiap bulan di audit?
Mereka bosen kali. Cape. Digangguin auditor. 
Cost benefit nya ga match juga.
Kita sebagai auditor sih kalo tiap bulan ada yang minta audit, untuk client yang sama, alhamdulillah, nyicil.
Interim aja ga tiap bulan.
Yaaa,,paling pas bulan 7 mulainya.
Sebenarnya interim pun bukan membuat pekerjaan pas year end mudah.
Malah memperpanjang penderitaan auditor.
Karena klien interim biasanya klien gede.
Client listed company (tbk), klien yang mesti submit ke pemerintahan (kementrian), klien yang mau corporate action.
Ya high risk client lah bisa dibilang.
Jadi kalo disuruh pilih mendingan interim atau ngga, mendingan ngga deh.

Tiap orang punya rejeki beda-beda.
Jadi jangan samain antara pekerjaan yang satu dengan yang lain.
Semua orang kalo bisa disuruh pilih kerjaan, pasti milih yang ga perlu ngapa-ngapain aja tiba-tiba dapet duit.

Hal baik dan menyenangkannya jadi auditor, ya lu bisa jalan-jalan ke seluruh penjuru, dimana klien lu beroperasi, keluar masuk kantor orang dengan privilege sendiri, jadi orang yang taat peraturan, teliti, tepat waktu, detail, ga mudah diboongin orang, duit banyak (kalo lemburan lu dibayar perjam) jadi bisa jalan-jalan kemana lu mau seenak jidat, and someday, u can own ur own firm, or, once you resign from auditor, at least, you one step higher (level or salary) from the previous one.

So, yeah, itu lah auditor.

What you can expect?
If you expect a job that make u go tenggo 8-5, ga pake lembur, jangan pake auditor.
Kalo lu ga mau punya istri yang suka lembur, jangan nikahin auditor.
No wonder, auditor banyak yang jomblo.
We work too much they think.
They didn't see the other time we have.
Life is not always peak season in our side.
Every peak has its low.
Halah.


Comments